Blog dan Artikel Manajemen :

Pull-system, Kanban, dan Kedai Burger

Kanban adalah tanda atau sinyal yang diberikan oleh proses produksi selanjutnya, kepada proses produksi sebelumnya. Hal ini terjadi secara simultan, sehingga nampak seolah-olah arus produk “ditarik” dari ujung paling akhir dari proses produksi.

 

Kanban merupakan salah satu cara sederhana untuk memicu pull-system (sistem tarik) dalam implementasi JIT (Just-In-Time) di industri manufaktur. Cara ini jauh lebih efisien dan jauh lebih hemat bila dibandingkan memakai ERP dan MRP dalam push-system (sistem dorong).

 

Mayoritas dari kita pastilah telah melihat secara langsung penerapan pull-system dan kanban ini. Hanya saja, jarang dari kita yang mengetahui atau menyadarinya. Memang harus diakui, jarang sekali ditemukan pull-system murni dalam aktifitas di sekeliling kita.

 

Bahkan, kedai burger yang sering di jadikan contoh dalam buku-buku terkait Lean Manufacturing pun, (dalam praktek-nya di Indonesia) tidak benar-benar murni menggunakan pull-system dan kanban. Malah bisa dibilang hampir tak nampak adanya kanban disana.

 

Maka wajar-lah jika banyak orang (khususnya di Indonesia) masih mengernyitkan dahi ketika disodori contoh kedai burger untuk menjelaskan pull-system dan kanban.

 

Mungkin bisa saja, tidak nampaknya kanban dan pull-system di kedai buger, disebabkan karena peminat burger di Indonesia tidak sebanyak di Amerika sana.

 

Pull-system dan kanban masih bisa dijumpai pada gerai franchise yang bernama Solaria. Bila sering berkunjung ke Mall, pastilah tidak asing dengan merek franchise ini. Oh ya, ini bukan promosi. Hanya sekedar contoh.

 

Ketika kita memesan makanan di Solaria, kita akan menuliskan jumlah order dan menu yang kita pesan pada secarik kertas yang selalu dibawa oleh para waitres-nya. Kertas yang berisi pesanan plus nomor meja tersebut kemudian disalin oleh waitres pada lembar kertas yang lain, untuk selanjutnya diberikan pada bagian dapur. Bagian dapur, menerima kertas pesanan tersebut, lalu memasak dan meracik minuman sesuai permintaan yang tertulis pada kertas.

 

Makanan dan minuman yang telah selesai dibuat, diberikan oleh bagian dapur kepada waitres beserta secarik kertas yang berisi nomor meja dan jenis serta jumlah pesanan. Kertas dari bagian dapur tersebut di gantikan oleh struk pembayaran oleh waitres, yang untuk selanjutnya diserahkan kepada kita. Tentu saja beserta dengan makanan dan minuman yang telah kita pesan tadi.

 

Nah, kertas-kertas yang berseliweran itu tadi adalah kanban. Sedangkan pull-systemnya adalah keseluruhan proses mulai dari kita memesan makanan, hingga di kirimkannya makanan ke meja kita. Sederhana sekali bukan?

 

Prinsip kanban dan pull-system di industri manufaktur juga sama seperti itu. Walaupun tentu saja, implementasinya tidak sesederhana itu. Apalagi jika jumlah komponen dan rantai prosesnya sangat banyak.

 

Ada kondisi yang ideal, dimana kanban dan pull-system dapat digunakan secara maksimal. Tentu saja konsekuensinya, semakin tidak idealnya kondisi lingkungan, maka semakin sulit lah menerapkan kanban dan pull-system.

 

Kondisi ideal yang pertama adalah, item produk harus sering digunakan. Hindari slow-moving inventory. Yang kedua, waktu pengisian ulang (replenishment times) haruslah pendek. Jika tidak, maka hal ini menyebabkan inventory buffer membengkak dalam jumlah besar.

 

Berikutnya adalah mengenai kehandalan waktu pengisian ulang. Kita harus bisa menstandarkan proses, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang berulang dapat berjalan dengan lancar. Semakin lancar prosesnya, maka semakin minim waktu yang terbuang.

 

Yang terakhir dan yang tak kalah penting adalah tingkat permintaan (demand rate) haruslah dibuat semulus mungkin. Semakin mulus tingkat permintaannya, maka semakin mudah mengontrol aliran produk.

 

Jadi, kalau hanya ada sedikit permintaan burger, tentu saja akan sangat sulit memuluskan demand ratenya. Semakin banyak bopeng-bopeng pada demand rate, maka semakin tidak ideal kondisi tersebut untuk diterapkan pull-system dan kanban.

 

Nah, semoga kini kita tak lagi mengernyitkan dahi bila mendapati contoh kedai burger dalam artikel Lean Manufacturing. Amin.

 

Panji R.

Managing Director
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.