Studi Kasus Kami :
Supplier industri elektronik ini berhasil menghapus capex IDR 3,9 Miliar dari rencana anggarannya.
Klien kami bergerak dalam bidang plastic injection moulding. Perusahaan ini merupakan supplier bagi industri elektronik di seputaran Jawa Timur.
Seiring meningkatnya peluang pasar, 6 line produksi yang ada dianggap tak lagi mencukupi. Sebagian top manajemen pun menyarankan direktur utama untuk menambah line produksi baru. Perhitungan saat itu, diperlukan 3,9 miliar rupiah untuk membuat line produksi baru.
Namun, sang direktur utama bersikeras menolak pembelanjaan modal untuk menambah line produksi. Beliau berpendapat bahwa line produksi yang ada masih dapat ditingkatkan secara lebih maksimal. Oleh karena itulah, Integra dipanggil untuk membantu mewujudkan rencana (dan sekaligus membuktikan pendirian) tersebut.
Issues Diagnoses
Business review dilakukan tim Integra untuk melihat potensi dan peluang improvement yang paling potensial dari operasional perusahaan klien. Dari business review ini, juga diketahui akar permasalahan sebagai berikut:
- Rendahnya tingkat moral dan kualitas hubungan kerja antara level middle manajemen dengan pekerja di bawahnya.
- Seringnya terjadi changeover yang tidak terencana. Selain itu didapati juga adanya perubahan setting mesin dan parameternya oleh karyawan yang tidak berkompeten. Hal ini terjadi dikarenakan sangat minimnya kehadiran manajemen pada lantai produksi.
- Manajemen operasional yang ada tidak berjalan dengan efektif. Sehingga menghasilkan perencanaan dan penjadwalan yang buruk, tingginya deffect dan rework, serta kurang optimalnya pengelolaan karyawan dan raw material.
What We Did
Dengan direktur utama bertindak sebagai pemrakarsa, dibentuklah tim internal yang fokus melaksanakan rencana proyek improvement ini. Dengan dipimpin oleh Integra, secara bersama-sama dilakukan perubahan-perubahan sesuai business review yang terlebih dahulu ada.
Sistem pengelolaan operasional yang telah berjalan, dikembangkan ke tingkat lebih lanjut dengan memasukkan tools, metode kontrol, serta penjadwalan sumber daya perusahaan. Hal ini dikombinasikan dengan perubahan pada sistem pelaporan.
Sistem pelaporan dirubah dengan sistem pelaporan harian serta mingguan, sehingga mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen untuk meningkatkan produksi, maupun kualitas produk. Master schedule yang ada juga turut dikembangkan, sehingga dapat membuat perencanaan dan kontrol produksi yang lebih baik. KPI juga ditetapkan untuk tiap departemen, sehingga kinerja dapat terkelola secara lebih transparan.
Visual management diajarkan dan diterapkan pada lini produksi. Memberikan informasi secara rinci mengenai key measurements, checklist maupun action plan bagi personel di area shop-floor.
Middle dan senior management juga dilatih untuk bertindak secara proaktif dan didorong untuk lebih sering turun ke lapangan. Hal ini akan mampu mengantisipasi serta mencegah permasalahan timbul dan membesar.
The Results Achieved
Seiring berakhirnya proyek improvement ini, budaya perusahaan juga turut berubah. Manajemen lebih cepat tanggap terhadap issues yang muncul, dan memiliki sikap bertindak yang result driven. Hal ini merupakan elemen penting dalam program-program improvement yang nantinya dilakukan secara mandiri oleh internal perusahaan.
Tak kalah pentingnya, throughput ikut melonjak sebesar 19%. Menguatkan pendapat direktur utama akan potensi internal perusahaan. Dan di sisi lain, perusahaan berhasil menghapus opsi belanja modal sebesar Rp 3,9 Miliar dari rencana anggarannya.