Kenal Farah Quinn? Mungkin tidak secara pribadi, namun cukuplah bila kenal wajah melalui layar kaca. Gerak-geriknya di layar kaca sebagai koki mampu membius kaum hawa. Maklum lah, resep masakannya dikenal mudah dibuat dan lezat menggoda. Belum lagi, khasiatnya itu lho: menyeimbangkan berat badan, sehingga body sexy aduhai, yang pada akhirnya menyebabkan suami betah di rumah.
Tak hanya kaum hawa, kaum adam pun tak sedikit yang betah menonton jeng Farah mengolah masakan. Wajah cantik dan body aduhai nan semampai yang dimiliki jeng Farah, membuat mata lelaki ogah berkedip. Bukankah sungguh sayang bila melewatkan “pemandangan” seindah itu?
Sudah jadi rahasia umum, bahwa jeng Farah melakukan diet low cal & low carb (diet rendah kalori dan karbohidrat) untuk mempertahankan keseimbangan berat badan dan kesehatannya. Serta (tentu saja), keseksiannya.
Diet yang dilakukan jeng Farah, bukan diet seperti pemahaman orang kebanyakan. Dimana dietnya punya batas waktu. Atau sesekali melanggar pantangan diet karena berbagai alasan. Diet a la jeng Farah sama sekali tidak memiliki batas waktu.
Diet bagi jeng Farah sudah merupakan gaya hidup. Memang seperti itulah seharusnya. Diet is a manner of living, harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Kalau perlu, dilakukan hingga meninggal.
Kalau makan secara benar, makan secara cukup, dan makan secara sehat adalah gaya hidup kita, atau tata cara hidup kita yang sudah begitu adanya, maka sangat jelas: diet akan dilakukan bukan ketika kita ingin kurus saja.
Sama juga halnya dengan Lean Manufacturing. Lean juga harus dilakukan dengan konsisten dan terus menerus. Bukan justru baru di implementasikan ketika perusahaan sudah “fully overweight”! Bukan demi cost reduction semata. Lean Manufacturing harus dijadikan manner of living bagi perusahaan.
Tapi, perusahaan seperti itu, biarpun agak terlambat, masih mending lah mau berubah. Dari pada udah “overweight tingkat akut”, namun masih juga tak sadar kalau sudah “endut”. Udah gitu, tak mau “diet” pula!
Ngomongin diet, ada juga juga diet yang putus ditengah jalan. Mungkin karena selama diet berbulan-bulan tak ada hasil signifikan yang didapatkan. Sehingga mulailah mereka kehilangan harapan, kemudian kalap dan menyantap berbagai makanan plus ekstra camilan. Berbagai aturan dan pantangan diet pun tak lagi dihiraukan.
Umumnya, mereka mensugesti dirinya sendiri “emang aku ini bawaannya endut, gak mungkin bisa diet.” Atau ada juga yang berpikir “biarin deh gak diet, kan aku dah laku.”
Hal seperti itu, juga terjadi pada perusahaan yang mengimplementasikan Lean Manufacturing. Karena program Lean tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam waktu singkat, maka Lean pun ditinggalkan. Umumnya, para top manajemen beralasan “memang nature usaha kita begini, gak mungkin bisa Lean.” Atau ada juga yang berpikir “biarin deh gak pake Lean, toh produk kita masih tetep laku.”
Sebuah penyangkalan yang sama seperti cerita gagal diet tadi kan?
Untunglah Farah Quinn gak seperti kedua kisah diatas. Farah selalu konsisten menjalankan program dietnya. Bayangkan bila Farah Quinn nggak konsisten diet? Belum lagi kalau menu dietnya salah! Sudah pasti jeng Farah tidak bakal punya body aduhai yang Lean (ramping). Mungkin juga jeng Farah akhirnya gak jadi masuk tipi. Dan kita, kaum lelaki, tak kan punya “pemandangan indah” di layar kaca. Pemandangan yang bikin hati dag dig dug ser..
Gak salah dong kalau lelaki bisa kesengsem berat sama jeng Farah. Bukankah bagi laki-laki, rasa suka itu datang dari 2 jalur. Yaitu dari mata turun ke hati. Atau, dari perut naik ke hati. Hebatnya, Farah Quinn mampu memberikan keduanya! Duh, beruntung banget suaminya..
Tak perlu iri akan “keberuntungan” suami Farah Quinn. Karena, meskipun kami tak bisa menyulap pasangan Anda, setidaknya, kami di Integra sanggup membuat perusahaan Anda seseksi Farah Quinn.
Jadi, maukah Anda memiliki perusahaan seseksi Farah Quinn?
Panji R.
Managing Director
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.