Blog dan Artikel Manajemen :
Bagaimana membuat karyawan mencintai pekerjaannya dan memberikan hasil terbaik! (3)
Dear Googley, gak semuanya harus FUN!
Google mempekerjakan ribuan programer, yang tiap hari mengedit, memperbaiki, ataupun menciptakan program aplikasi tertentu untuk digunakan oleh pecinta Google. Anda harus jenius plus out-of-the-box untuk bisa diterima bekerja di Google! Pekerjaan semacam ini, seperti yang sudah Anda ketahui, tidak memerlukan mechanical skill yang tinggi. Justru sebaliknya, memerlukan kemampuan berfikir secara konseptual yang prima plus kreatifitas luar biasa! Mereka menggunakan cognitive skill-nya tiap hari.
Sekarang kita bandingkan dengan perusahaan manufaktur PT X yang mencoba menerapkan Googley. Apakah para operator perlu berfikir keras tiap kali bekerja? Tentu tidak, mereka sudah punya SOP, Work Instruction, dsb. Mayoritas pekerjaan mereka merupakan pekerjaan rutin, dan lebih mengandalkan mechanical skill ketimbang cognitive skill. Segala pekerjaan yang bersifat rutin, pasti minim kreatifitas! Dan tentu saja, (hampir) tidak memerlukan berfikir konseptual.
Bagaimana dengan orang-orang di kantor? Katakanlah orang accounting. Apakah cara input data keuangan berubah-ubah tiap hari? Tentu tidak! Hampir tidak diperlukan kreatifitas di bidang ini. Kecuali bila accountant-nya tiap hari bertugas merekayasa keuangan.
Bagaimana dengan orang Legal, HR, Produksi? Sama saja, setali tiga uang. Mereka memang menggunakan cognitive skill, namun tidak cukup sering dan tinggi intensitasnya.
Bagaimana dengan bagian marketing dan R&D? Nah, nampaknya bagian marketing dan R&D-lah yang bisa mengadopsi Googley. Karena bagian ini menuntut penggunaan cognitive skill yang cukup tinggi.
Sekarang pertanyaannya adalah: seberapa tinggi dan sering, cognitive skill dipergunakan oleh tiap personel di bagian marketing dan R&D? Semakin tinggi dan sering tingkat penggunaan cognitive skill-nya, maka makin mudah lah menerapkan Googley di area tersebut.
Demikian juga sebaliknya. Semakin tinggi dan sering penggunaan mechanical skill dalam suatu pekerjaan, maka semakin mustahil Googley diaplikasikan. Lalu bagaimana dong meningkatkan kecintaan karyawan pada pekerjaannya?
Ingat newsletter edisi beberapa minggu lalu? Mereka yang mencintai suasana tempat kerjanya, cenderung mencintai pekerjaannya.
Jadi, kecintaan karyawan pada pekerjaan dapat dimulai dari kecintaan pada suasana tempat kerja. Kecintaan pada suasana tempat kerja itulah yang sebenarnya mendorong (memotivasi) karyawan secara perlahan-lahan mencintai pekerjaannya.
Terus, bagaimana membuat suasana tempat kerja yang dicintai karyawan? Terutama yang tidak bisa menerapkan Googley?
Mmm... Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu Anda harus bisa menjawab pertanyaan dari saya.
Menurut Anda, Googley yang terjadi di Googleplex itu merupakan PEMICU tingginya produktifitas karyawan Google, atau justru merupakan REWARD dari Google kepada karyawannya?
Selamat menggunakan “cognitive skill” Anda...
Panji R.
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.