Blog dan Artikel Manajemen :
Budaya Instan
Suatu hari kami menerima telepon untuk penawaran konsultasi. Perusahaan calon klien tersebut memerlukan bantuan kami untuk membenahi operasionalnya. Tentu mereka juga berharap untuk meningkatkan produktivitasnya. Calon klien tersebut telah menghubungi beberapa konsultan lain untuk mendapatkan penawaran terbaik.
Singkat cerita, setelah site visit, kami mengetahui bahwa mereka memiliki produk yang unik. Pesaingnya pun masih sangat sedikit. Bisa dibilang, calon klien kami tersebut adalah pioneer di bisnis tersebut. Mereka memiliki keunggulan utama, yaitu hampir tidak ada pesaing. Hal inilah yang selama ini membuat mereka tidak kesulitan mendapatkan customer.
Namun sayangnya, operasional di perusahaan tersebut sangat mengenaskan. Bila di ibaratkan, pembenahan yang harus dilakukan sama seperti membangun perusahaan mulai dari nol. Bagaimana tidak, data produksi saja hampir tidak ada! Jangan juga ditanya bagaimana kondisi lantai produksinya. Jangan terlebih dahulu bicara tentang TPM, merawat mesin saja tidak pernah dilakukan. Kami speechless..
Untunglah para top managementnya berkeinginan merubah itu semua. Mereka sadar bahwa kondisi seperti ini tidak dapat terus dibiarkan. Mereka ingin menerapkan ERP.
Akhirnya kami memberikan proposal penawaran untuk membenahi perusahaan tersebut. Mengingat kondisi perusahaan calon klien yang seperti itu, kami merencanakan waktu 3 tahun untuk bisa mulai menerapkan ERP di perusahaan tersebut.
Tahap awal kami rencanakan untuk mengumpulkan data terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan dengan membenahi business process, mengatur ulang layout produksi yang saling tumpang tindih, mengenalkan budaya kerja 5S, mengajarkan preventive maintenance terlebih dahulu, dan seterusnya meningkat sedikit demi sedikit. Semua lini dan departemen di perusahaan tersebut dibenahi untuk mendukung ERP yang nantinya dijalankan.
Kami berpendapat bahwa perubahan yang baik, hanya bisa dilakukan sedikit demi sedikit dan berkesinambungan. Tidak mungkin bisa instan. Merubah budaya haruslah terlebih dahulu dengan merubah kebiasaan. Dan merubah kebiasaan dimulai dengan merubah perilaku setahap demi setahap secara berkelanjutan.
Lain halnya dengan pesaing kami. Mereka menyanggupi untuk menerapkan ERP hanya dalam jangka waktu 8 bulan! Yup, pesaing kami menyanggupi bisa mengimplementasikan ERP hanya dalam jangka waktu 8 bulan. Itupun dengan fee konsultasi yang sama dengan penawaran kami. Mungkin pesaing kami mengira bahwa dengan membeli komputer dan software, lalu melakukan training sudah berarti mereka telah menerapkan ERP. Entahlah..
Yang jelas, kami pun kalah dalam tender tersebut. Pesaing kami menang. Ini bukan pertama kalinya kami alami. Cukup sering hal ini terjadi.
Mayoritas calon klien kami lebih tertarik dengan penawaran yang muluk dan bersifat instan daripada penawaran yang logis dan bersandar fakta. Hanya sedikit dari para calon klien kami yang benar-benar mampu melihat penawaran konsultasi yang baik dan sesuai realita.
Kami sama sekali tidak marah ataupun kecewa dengan pilihan calon klien kami. Kami tidak rugi apapun. Justru calon klien tersebut yang nantinya dirugikan. Rugi waktu, rugi tenaga, dan rugi biaya membayar konsultan untuk hasil yang sia-sia. Mereka mendapatkan hasil berupa setumpuk dokumen, prosedur, dan seonggok komputer yang tidak tahu harus diapakan.
Rupanya mereka (para calon klien) belum menyadari, bahwa tidak ada satupun perusahaan berkinerja hebat yang dibangun dalam waktu singkat. Semua perubahan itu butuh proses, dan setiap proses membutuhkan waktu. Tidak ada yang instan!